Berita Seputar Gempar

Bantuan Kaki Palsu
(sumber: ANTARA Foto)Foto Sebelumnya


Petugas dari Gerakan Amal Parahyangan (Gempar) Unpar, Bandung, melakukan pengukuran terhadap warga penyandang cacat sebelum mendapatkan bantuan kaki palsu gratis di Kantor Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (15/1). Sebanyak 12 penyandang cacat asal Garut mendapatkan bantuan kaki palsu untuk mengembalikan semangat aktivitas para penyandang cacat tersebut. FOTO ANTARA/Feri Purnama/ed/13

 

12 Penyandang Cacat Terima Bantuan Kaki Palsu
(sumber: IYAA.com)

Oleh Feri Purnama

Garut, 15/1 (Antara) – Sebanyak 12 penyandang cacat kaki atau kaum difabel berasal dari Kabupaten Garut, Jawa Barat, mendapatkan bantuan kaki palsu secara gratis dari Lembaga Kepresidenan Mahasiswa Universitas Parahyangan, Bandung.

“Ada 12 difabel yang mendapatkan kaki palsu gratis, bantuan ini sangat berharga,” kata Ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kabupaten Garut Sugeng Rachmanto di sela kegiatan sosial tersebut di kantor PPDI Garut di Garut, Rabu.

Ia menjelaskan bahwa bantuan itu diberikan dari aksi sosial Gerakan Amal Parahyangan (Gempar) Universitas Katolik Parahyangan yang peduli terhadap kaum difabel di Garut.

Menurut dia, selama ini penyandang cacat di Garut kesulitan membeli kaki palsu karena harganya cukup mahal, di atas Rp2,5 juta untuk satu kaki.

“Setelah mendapatkan kaki palsu ini mudah-mudahan mereka dapat beraktivitas seperti biasa, dan bisa bekerja menghidupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya,” kata Sugeng.

Seorang penerima bantuan kaki palsu, Cecep (29), warga Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Garut, mengatakan bantuan kaki palsu itu bermanfaat untuk mendukung aktivitas sehari-hari sehingga bisa seperti orang normal lainnya.

Menurut dia, kaki palsu itu memberi semangat hidup untuk bekerja sesuai kemampuan agar bisa menghidupi kebutuhan keluarganya.

“Meskipun kaki kiri saya menggunakan kaki palsu, tapi saya akan berusaha bekerja, apapun yang bisa saya lakukan, akan saya kerjakan untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga,” kata ayah dari satu anak itu.

Petugs Humas Gempar, Universitas Katolik Parahyangan Reza Madareza mengatakan telah menyiapkan 25 kaki palsu untuk difabel di Garut dan Bandung sebagai wujud kepedulian terhadap sesama.

Ia berharap para penerima bantuan kaki palsu itu dapat semangat menjalani hidup dan kembali beraktivitas seperti biasa, layaknya orang normal.

“Kegiatan ini salah satu amal dari kami, selain untuk membantu mereka, juga menjadi titik balik agar manusia dapat bekerja dan manfaat bagi orang lain,” kata Reza.

 

Derita Cecep dan Kaki Palsu
(sumber: Galamedia)

TAK banyak yang bisa dikerja­kan Cecep (29), warga Kampung/­Desa Cikandang, Kec. Ci­kajang, Kab. Garut, setelah kehilang­an kaki kirinya lima tahun silam. Ayah satu putri itu menjadi pengangguran yang hanya menggantungkan hidup pa­da orang lain. Padahal sebelumnya dia menjadi tulang punggung keluarga.Dulu, Cecep memiliki penghasilan rutin dari jerih payahnya sebagai sopir angkutan sayuran dari Cikajang ke pa­sar induk. Tapi dia terpaksa me­ning­galkan profesi yang sudah digeluti selama bertahun-tahun itu. Kehilang­an kaki membuatnya tak bisa lagi mengemudikan mobil.Kaki kiri Cecep harus diamputansi setelah sepeda motor yang dikenda­rainya bertabrakan. Kecelakaan lalu lintas itu terjadi di bilangan Cikajang. Cecep berhasil selamat dari incaran maut tapi dia harus rela kehilangan satu kakinya.

“Saya sudah tidak ingat lagi kapan persisnya peristiwa itu terjadi. Yang saya ingat, peristiwa tragis itu membuat saya kehilangan kaki kiri. Saya mengalami patah kaki setelah sepeda motor saya bertabrakan dengan kenda­raan lain,” tuturnya saat ditemui “GM” di kantor Persatuan Penyandang Di­sabilitas Indonesia (PPDI) Kab. Garut di Jalan Pembangunan, Rabu (15/1).

Oleh karena itu, saat ditawari kaki palsu dia langsung menerimanya. Cecep merupakan satu dari 18 difabel lainnya di Kab. Garut yang ditawari menggunakan kaki palsu. Dia ber­ha­rap, setelah kaki palsunya dipasang bi­sa beraktivitas kembali seperti semula.

Nasib serupa dialami Momo (63), warga Kampung Cipandan, Desa Hanjuang, Kec. Bungbulang, Kab. Garut. Pria tua itu sama sekali tidak me­nyang­ka akan kehilangan kaki kanan akibat terjepit platbelt mesin penggilingan padi. Peristiwa nahas itu terjadi pada 10 April 2013. Seperti halnya Cecep, Momo juga berharap bisa kembali beraktivitas dengan kaki palsunya.

Sementara itu, Mahdareza, Humas Gerakan Amal Parahyangan (Gempar) Universitas Katolik Parahyangan menyebutkan, pihaknya siap membantu menyedikan kaki palsu bagi para difabel khususnya di Kab. Garut. Dengan harapan, mereka bisa kembali beraktivitas layaknya manusia normal.

(ayep setiadji/”GM”)**
 

Gerakan Amal Parahyangan Peduli Kaum Difable
(sumber: Pikiran Rakyat Online)

ARMIN ABDUL JABBAR/”PRLM”
GERAKAN Amal Parahyangan melakukan aksi simpatik di area Car Free Day Dago, Jln. Ir Juanda, Kota Bandung, Minggu (16/2/2014). Aksi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan kaum difable.*

BANTUAN KAKI PALSU
(sumber: ANTARA Foto)

Seorang difabel dipasangkan Protese (kaki palsu) pada Gerakan Amal Parahyangan 2014 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/3). Sebanyak 30 difabel dari Kota Bandung dan Garut mendapatkan bantuan kaki palsu guna membantu dan menunjang aktivitas para penyandang disabilitas. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/ss/Spt/14

Unpar Gelar Acara Amal untuk Penyandang Disabilitas
(sumber: LINIBERITA.com)

LINIBERITA – Universitas Parahyangan (Unpar) adakan Gerakan Amal Parahyangan (Gempar) yang berlangsung pada hari ini (6/3) di Plasa Hukum Unpar.

Dalam acara ini disumbangkan pula protese kaki palsu untuk penyandang disabilitas.

Acara yang dihadiri sekitar 100 orang ini menghadirkan Pembina Komunitas Kreatif Difable, Hartati dan Creative Designer Difable asal Jakarta, Habibi. Keduanya berpendapat bahwa akses untuk penyandang disabilitas di Indonesia masih sulit.

Gempar dan KKD Bagikan 30 Kaki Palsu Gratis
(sumber: Solopos.com, HarianJogja.com, Bisnis-Jabar.com)

Panitia menata kaki palsu produksi Kelompok Kreativitas Difable (KKD) sebelum dibagikan kepada para penyandang cacat, pada acara Gerakan revolusi dari Lembaga Kepresidenan Mahasiswa UNPAR (GEMPAR) di kampus Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/3). Sebanyak 30 orang penyandang cacat dari Bandung dan Garut menerima bantuan kaki palsu secara cuma-cuma dari pihak Gempar dan KKD.

Kaki Palsu Baru
(sumber: Harian KOMPAS)

 

Teaser Gerakan Amal Parahyangan 2014
Part 1: Gerakan Amal Parahyangan (GEMPAR)
Part 2: Gerakan Amal Parahyangan (GEMPAR) Teaser 2

Leave a comment